Sampai
saat ini, mungkin belum banyak orang yang tahu bahwa Temanggung yang
selama ini dikenal sebagai kawasan ijo roro-royo, ternyata mempunyai
banyak wilayah yang rawan dengan kekeringan saat musim kemarau tiba.
Dari 20 kecamatan yang ada, 14
di antaranya rawan dengan ancaman kekeringan tersebut. Dari tahun ke
tahun bahaya kekeringan tersebut malah semakin parah. Penggundulan hutan
dan eksploitasi tanah yang berlebihan di lereng-lereng Gunung Sindoro
dan Sumbing disebut-sebut sebagai salah satu biang keladinya.
Saat kemarau yang biasanya jatuh antara Mei sampai September, banyak
penduduk di 14 wilayah tersebut mengalami kesulitan mendapatkan air
untuk keperluan mereka sehari-hari seperti untuk mandi, masak atau
mencuci. Mereka kadang mereka harus melakukan perjalanan yang cukup jauh ke sumber-sumber air yang masih ada demi mendapatkan seember air.
Pada
saat seperti itu lahan-lahan pertanian yang ada juga tidak bisa
ditanami. Tanah menjadi kering dan kadang menjadi retak-retak. Para
petani hanya bisa pasrah menunggu musim
hujan tiba, ketika tanah-tanah menjadi basah dan siap diolah kembali.
Tanaman seperti padi, jagung dan sayuran memang sangat membutuhkan air
untuk pertumbuhannya.
Lokasi Embung Kledung, waduk penampung air hujan di Kledung Temanggung
Untuk mengatasi kebutuhan air tersebut Pemerintah Kabupaten (pemkab) Temanggung melakukan terobosan dengan membuat embung
(waduk atau kolam) buatan. Embung ini digunakan untuk menampung air
hujan yang curahnya cukup tinggi di Temanggung. Selama ini air hujan
tersebut dibiarkan begitu saja. Air langsung terserap ke tanah dan
mengalir ke daerah yang lebih rendah. Saat kemarau tiba, wilayah-wilayah
di dataran tinggi sudah tidak mempunyai stok air lagi.
Embung pertama yang telah dibangun letaknya di wilayah Kecamatan Kledung, sehingga namanya terkenal dengan sebutan Embung Kledung. Hingga akhir tahun 2013, pemkab berencana menyelesaikan pembangunan lima embung. Selain di Kledung, embung juga akan dibangun di Kandangan, Pringsurat, Tretep dan Wonoboyo. Pada tahap berikutnya, sembilan embung juga akan dibangun di kecamatan lain yang rawan dengan kekeringan.
Embung Kledung ini dibangun di atas lahan seluas kira-kira 4 hektar. Embungnya sendiri luasnya 83 meter x 83 meter, dengan kedalaman 3 meter. Pembangunan embung ini didanai dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) tahun 2010 dengan menghabiskan dana sekitar 1, 2 milyar rupiah.
Kini,
air hujan di Kledung yang curahnya cukup tinggi akan ditampung di
embung. Selama belum digunakan, air tersebut akan tetap akan tersimpan
di tempat tersebut. Saat musim kemarau tiba, air tersebut akan
dialirkan langsung ke lahan pertanian di sekitar embung melalui pipa
pralon yang telah dipasang. Embung ini dapat mengairi lahan sekitar 20
hektar. Selain itu, air embung juga dapat dimanfaatkan penduduk setempat
untuk keperluan sehari-hari.
Potensi lain
Dulu,
sebelum embung dibangun, hanya tanaman tembakau yang bisa bertahan di
musim kemarau di wilayah ini. Kini, petani setempat juga bisa menanam
tanaman lain, bisa buah-buahan, sayuran, bunga atau tanaman lain yang
punya nilai ekonomi lebih tinggi.
Berbagai tanaman sayuran dan buah-buahan sangat potensial dikembangkan di daerah ini
Untuk
mengembangkan potensi tersebut, saat ini Pemkab Temanggung bekerja sama
Yayasan Obor Tani Semarang, tengah menjajagi kemungkinan untuk
mengembangkan agrobisnis di kawasan tersebut. Yayasan ini, dengan pola
kemitraan dengan petani pemilik lahan, telah berhasil mengembangkan
kebun buah Lengkeng Itoh di daerah Semarang.
Menikmati Pemandangan di Mbung Kledung..
Potensi
lain yang juga tengah digarap adalah mengembangkan wilayah di sekitar
embung menjadi tempat wisata. Kledung adalah tempat yang sangat indah
dan letaknya sangat strategis untuk pengembangan wisata. Daerah ini
dilalui jalan propinsi dengan jalur Semarang-Temanggung-Wonosobo-Purwokerto atau Jogjakarta-Magelang-Temanggung-Wonosobo-Purwokerto. Jalan tersebut merupakan jalan utama menuju tempat wisata yang sudah mendunia yaitu Dieng. Setiap harinya tidak kurang dari 700-1000 kendaraan melewati jalur tersebut.
Di
kawasan ini juga terdapat kebun teh yang cukup luas yang pemandangan
dan suasanya tidak kalah dengan kawasan Puncak di Jawa Barat. Seni
tradisional juga hidup di daerah yang terkenal dengan hasil tembakaunya
ini.
Pemkab
Temanggung kelihatannya juga cukup serius mengembangkan potensi wisata
di wilayah ini. Beberapa rencana yang telah dibuat untuk mengembangkan
wisata di wilayah ini antara lain adalah pembangunan fasilitas kereta gantung di lereng utara Gunung Sumbing tepat di Kledung Pass, pembangunan hotel/restoran dengan sajian utama minum kopi sambil menikmati kesejukan udara dan keindahan alam di trading house Kledung.
Di bidang wisata agrobisnis, potensi yang akan dikembangkan antara lain pengembangan balai penelitian kentang dan agro industri kentang, pengembangan experience tourism saat musim tembakau tiba dan agrowisata Kledung Pass dengan penanaman strawbery, dan sayuran atau holtikultura.
Sebagai
warga masyarakat yang dilahirkan di Temanggung dan kini tinggal di
perantauan, saya berharap semua rencana di atas dapat dilaksanakan
dengan baik dan saya juga berharap masyarakat setempat lah yang pertama
kali akan menikmatinya. Semoga !
EMBUNG KLEDUNG TEMANGGUNG, JAWA TENGAH, INDONESIA